Laporan Ikhtiologi " Sistem Pencernaan Ikan"

LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM PENCERNAAN IKAN



Oleh:
Kelompok 10
Rachmawati Hartini                         (H1K013014)
Dewi Suci Indah                               (H1K013026)
Muhammad Rifat Muharam            (H1K013044)
Muhammad Riski Ardianto             (H1K013050)

Asisten : Mellia Indriani




JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2014


I.  PENDAHULUAN

I.1.    Latar Belakang
Setiap makhluk hidup membutuhkan zat-zat makanan yang di peroleh dari lingkungannya. Setelah zat makanan di cerna atau di manfaatkan, sisanya akan di buang kembali ke lingkungan, memerlukan suatu sistem transportasi atau sirkulasi. Sistem transportasi dibutuhkan pula untuk membawa zat-zat dari suatu organ ke organ lain yang membutuhkan. Sistem transportasi atau sirkulasi pada tubuh manusia sebenarnya meliputi sistem peredaran darah dan sistem peredaran getah bening.
Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikiloterm (berdarah dingin). Ikan memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin.
Sistem Pencernaan Ikan, di dalam rongga mulut ikan terdapat gigi-gigi dan lidah. Proses pencernaan makanan dari rongga mulut masuk ke kerongkongan dan selanjutnya ke lambung, makanan masuk ke usus.Dari usus bermuara cairan empedu yang membantu proses pencernaan.usus halus, sari-sari makanan diserap dan selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh bagian tubuh. Sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikeluarkan melalui anus.
I.2. Tujuan Praktikum
Mengenal bagian bagian dari alat pencernaan makanan dari beberapa jenis ikan yang termasuk dalam kelompok herbivora, karnivora, dan omnivora.

II.   TINJAUAN PUSTAKA

Digesti merupakan proses yang diperlukan dalam nutrisi heterotrofik seperti proses adsorbsi molekul-molekul besar karbohidrat, protein, dan lemak dari bagian-bagian sel. Jaringan yang dikonsumsi harus dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil, seperti gula dan asam amino agar dapat diangkat melalui membran sel. Transfer molekul besar melalui membran,tetapi senyawa organik yang disintesis oleh suatu heterotrof sering kali tidak sama dengan senyawa yang dikonsumsi sebagai makanan. Oleh karena itu, sebelum didapatkan perakitan kembali diperlukan digesti (Villee et al, 1984).Pencernaan makanan adalah proses penyederhanaan makanan yang pada awalnya berupa molekul komplek menjadi molekul sederhana (Affandi, dkk, 2005).
Setiap jenis ikan mempunyai daya cerna yang berbeda pada nutrisi yang dikonsumsinya.Ikan salmon merupakan salah satu jenis ikan karnivora yang rendah terhadap karbohidrat. Energi yang diperoleh ikan salmon dari proses pencernaan terhadap karbohidrat hanya dapat dicerna sebanyak 140%, sedangkan ikan Catfish merupakan salah satu jenis ikan omnivora mempunyai kemampuan mencerna karbohidrat lebih tinggi dibandingkan ikan karnivora, yaitu 70% (Peureulak, 2009).
Ikan telah lama mencarna makanannya, maka keadaan lambung pada saat itu dalam keadaan yang kosong kembali, ikan yang sudah menerima asupan pakan kembali.Pakan ikan yang dicerna berasal dari pakan yang nabati, maka laju pengosongan ikan akan tergantung pada seberapa besar ikan tersebut memakan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pakan yang mengandung bahan ekstrak dari tumbuh-tumbuhan mengandung selulosa sehingga ikan susah mencerna dan pakan yang berasal dari pakan hewani, proses pencernaannya akan lebih mudah (Martiadjo,2001dalam Rohmah. 2010).
Metode pertama, ikan diberi makan setiap hari dengan jumlah makanan yang konstan selama satu jam. Makanan yang biasa diberikan diganti dengan makanan yang diberi warna, misalnya (carrmin, Cr2O atau bahan pewarna lain). Laju pencernaan makanan ditentukan sebagai selang waktu aktivitas antara saat pemberian makanan yang mengandung warna dan saat munculnya Feses berwarna (Razin dan Mayer, dalam Kapoor, et al 1976).
Umumnya, laju pencernaan berkisar antara 8-24 jam.Metode kedua, dilakukan untuk pengosongan isi lambung berhubungan erat dengan jumlah makanan yang konsumsi tipe atau struktur makanan dan suhu lingkungan.Hubungan laju digesti dengan lamanya waktu dilihat dari pengertian itu sendiri,Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan dari molekul yang kompleks ke molekul yang lebih sederhana dan kemudian akan diabsorpsi oleh tubuh ikan. Proses digesti yang terjadi dalam lambung dapat diukur dengan mengetahui laju pengosongan lambung.. Bobot lambung pada saat pertama kali berbeda dengan ikan yang telah lama melakukan proses pencernaan. Ikan telah mencerna makanannya, maka keadaan lambung pada saat itu dalam keadaan kosong kembali.Jika pakan ikan yang dicerna adalah yang berasal dari pakan yang nabati. Laju pengosongan ikan tersebut memakan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Rohmah,2010).Menurut Windell (1978) dalam Haetomi (2007), laju pengosongan lambung dapat didefinisikan sebagai laju dari sejumlah pakan yang bergerak melewati saluran pencernaan persatuan waktu tertentu.
Menurut Affandi, dkk (1989) Ada dua sumber penghasil enzim pada bagian usus, yaitu pankreas (penghasil utama enzim) dan sel sekresi pada dinding usus. Enzim yang disekresikan oleh pankreas ini adalah trypsin, chimo trypsin, elastase, carboxypeptidase, amylase, chitinase, dan lipase.Trypsin merupakan enzim proteolitik utama dibagian usus, Chitinase terutama pada ikan-ikan pemakan krustaqa.Lipase ditemukan pada jenis ikan.Selain enzim-enzim diatas, cairan empedu yang disekresikan oleh hati berperanan penting dalam pencernaan dibagian usus ini.Mamalia cairan empedu terutama terdiri dari bilirubin dan biliverdin yang berfungsimemecah hemoglobin.Garam-garam empedu berperan seperti detergen dan membantu mengemulasikan lemak sehingga memungkinkan lemah untuk lebih mudah dicerna dengan bantuan enzim karena luas partikel lemak meningkat.
Menurut Affandi, dkk (2005), kelenjar pencernaan pada ikan terdiri hati dan pankreas. Kedua organ tersebut megekskresikan bahan yang digunakan dalam proses pencernaan makanan. Bahan dari hasil sekresi kedua organ tersebut akan masuk ke usus melalui saluran “ductus chole dochus” dan saluran “ductus pankreatikus”. Hubungan antara kelenjar pencernaan dengan usus depan,letak dari kedua kelenjar tersebut berada disekitar usus depan dan lambung. Hati merupakan organ penting yang mengekskresikan bahan untuk proses pencernaan.
Menurut Affandi, dkk (2005), suhu sangat berpengaruh terhadap laju pengosongan isi lambung (digestion rate), semakin tinggi suhu (mendekati optimum), akan semakin cepat laju pencernaannya. Kondisi suhu tertentu besarnya laju pengosongan lambung (laju pencernaan), semakin banyak makanan yang dikonsumsi semakin lama lambung menjadi kosong. Jumlah makanan nampaknya kandungan lemaknya juga sangat menentukan lamanya proses penggosongan lambung. Makanan yang mengandung lemak yang tinggi dicerna lebih lama dibanding dengan makanan yang berlemak rendah.

III.  MATERI DAN METODE

3. 1 Materi
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : gunting bedah, pinset, baki plastik, kertas milimeter blok, penggaris dan buku gambar.
3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini yaitu : ikan Nila (oreochromis niloticus), ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan ikan Lele (Clarias batrachus).
3.2    Metode


4.2.    Pembahasan
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.Sistem atau alat pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (Glandula digestoria). Saluran pencernaan terdiri dari mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus. Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas yang berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan.(Zaldi,2010).
4.2.1. Ikan Lele (Clarias batrachus)
Pakan yang dimakan ikan lele akan melewati system pencernaan. Pakan tersebut disederhanakan melalui mekanisme fisik dan kimiawi menjadi bahan yang mudah diserap, diedarkan keseluruh tubuh melalui system peredaran darah. Saluran pencernaanya terdiri dari mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, usus, dan dubur.Usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang badannya.Ciri khas jenis ikan karnivora dan memiliki lambungnya relatif besar dan panjang.
Pencernaan bahan makanan secara fisik/mekanik dimulai dari bagian rongga mulut, yaitu berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerusan makanan. Bahan makanan dicerna di lambung dan usus dengan adanya gerakan/kontraksi otot. Pencernaan secara fisik/mekanik pada segmen ini terjadi secara efektif karena adanya aktifitas cairan digestif.
Proses pencernaan makanan dipercepat oleh sekresi kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan ikan lele terdiri dari hati dan kantong empedu. Lambung dan usus juga dapat berfungsi sebagai kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan ini menghasilkan enzim pencernaan yang  berguna dalam membantu proses penghancuran makanan. Kelenjar pencernaan pada ikan karnivora (ikan lele) menghasilkan enzim-enzim pemecah protein ( wahyudi, 2011)
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan bahwa hasil praktikum telah sesuai dengan pendapat (Mahyuddin 2008). Saluran pencernaan lele terdiri dari mulut, rongga mulut, esophagus, lambung usus dan anus. Usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang tubuhnya hal ini merupakan ciri khas ikan karnivora sementara itu lambungnya relatif besar dan panjang.     
4.2.2. IkanNilem (Osteochillus hasselti)
Ikan nilem merupakan ikan peliharaan dan termasuk Teleostei yaitu ikan-ikan yang banyak dilihat dan banyak dimakan. Ikan nilem hidup diperairan tawar Ikan Nilem termasuk dalam kelas Pisces dan family Crypnidae. Seluruh tubuh dari ikan nilem diselimuti sisik dan memiliki banyak sirip sebagai alat bantu berenang. Bagian tubuh ikan nilem terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala (caput) yang membentang dari ujung moncong sampai operculum, badan (truncus) yang membentang mulai dari akhir operculum sampai porus urogenitalis dan ekor (cauda) yang membentang dari porus urogenitalis sampai ujung tubuh. Ikan nilem dapat mencapai panjang tubuh 32 cm.
Ikan nilem dapat dipelihara pada daerah dengan ketinggian sekitar 150-800 mdpl. Ikan nilem adalah ikan organik yang artinya tidak membutuhkan pakan tambahan atau pellet. Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Larva yang baru menetas biasanya memakan jenis zooplankton (hewan yang berukuran kecil atau mikro yang hidup diperairan dan bergerak akibat arus perairan) yaitu rotifer. Benih dan ikan dewasa memakan tumbuh-tumbuhan air seperti chlorophyceae, characeae, ceratophyllaceae, dan polygonaceae (Susanto, 2006).
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan herbivore, yaitu memakan makanan yang berupa makanan nabati, antara lain yaitu alga filamen dan plankton lainnya. Ikan herbivora panjang total ususnya melebihi panjang total badannya. Panjangnya dapat mencapai lima kali panjang total badannya ( Unpad, 2007 )
4.2.3. Ikan Nila (oreochromis niloticus)
Badan pipih; kedalaman batang ekor sama dengan panjang Sisik lingkaran. Sebuah tombol-seperti tonjolan hadir pada permukaan dorsal moncong.Panjang rahang tidak menunjukkan dimorfisme seksual. Lengkung insang dengan 27-33 gillrakers. Gurat sisi terputus. Rahang keras dan lunak dari sirip punggung kontinyu. Sirip punggung dengan16 – 17 duri dan 11 sampai 15 jari lunak. Sirip dubur dengan 3duri dan 10-11sinar. Sirip ekor terpotong. Warna musim pemijahan, dada, punggung dan sirip ekor menjadi kemerahan; sirip ekor dengan berbagai barhitam.
Terjadi pada kisaran suhu 8-420 C, dalam berbagai habitat air tawar. Terutama diurnal. Feeds terutama pada fitoplankton atau ganggang bentik. Telur dan larva dirawat dimulut perempuan. Omnivora, tapi lebih banyak mengandalkan pada tanaman. Menurut (Effendie, 2012), menambahkan kualitas air yang sesuai dengan habitat ikan nila sebagai berikut ; Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6- 8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.Suhu air yangoptimal berkisar antara 25-30 derajat C.Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
Ikan nila tergolong ikan herbivora cenderung karnivor yang dapat diketahuiIkan herbivora panjang total ususnya melebihi panjang total badannya. Hasil analisis makanan dalam lambung ikan yang terdiri dari fitoplankton, zooplankton dan serasah.Fitoplankton didominasi oleh kelompok Cholorophyceace, Myxophyceace, dan Desmid.Sedangkan zooplankton didominasi oleh Rotifera, Crustacea dan Protozoa.

V.   PENUTUP
5.1       Kesimpulan
       Organ-organ yang meliputi saluran pencernaan pada ikan lele ( Clarias bathracus ), ikan  nilem ( Osteochillushasselti) dan ikan nila (oreochromis niloticus) berturut-turut yaitu mulut/rongga mulut   hati, empedu, pankreas (pylorus  dan pilorik, lambung, esophagus, usus, saeka), organ – organ tambahannya berupa kelenjar hati, kelenjar empedu dan kelenjar pancreas. Hasil praktikum telah sesuai dengan referensi yang mengatakan Ikan lele ( Clarias bathracus ) adalah ikan karnivora, selain karena makanannya yang menandakan herbivore adalah panjang  usus ikan lele ( Clarias bathracus ) lebih pendek dari panjang total tubuhnya. Berbeda dengan Ikan nilem ( Osteochilus hasselti ) dan ikan nilem ( Osteochilus hasselti ) di katakan termasuk herbivore selain karena makannya adalah  Karena panjang usus lebih panjang dari panjang total tubuhnya.
5.2          Saran
Kehati – hatian sangat di perlukan saat membedah ikan, karena seandainya terlalu keras saat membedah dikhawatirkan organ pencernaannya rusak. Di perlunya ketelitian dalam mengamati bagian – bagian ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Ridwan; Djaja Subandja Sjafer, MF, Rahardjo Sulistiana. 2005. Fisiologi Ikan. IPB: Bogor.

Effendie, M. I. 2012. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri, Bogor. 112 hal .
Haetami, Keki. 2002. Evaluasi Daya Cerna Pakan Limbah Azda Pada Ikan Bawal Ikan Tawar. http://pustaka. Unpad.ac.id. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2010 pukul 18.00 WIB.

Mahyudin, Kholis. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta


Peureulak.2009.NutrisiIkan.http//iendeb_naakka.blogspot.com/2009/10/nutrisi_ikan.html. diakses pada tanggal 18 Oktober 2010Priyambodo dan Tri. 2005. Budidaya Pakan Alami untuk Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta.

Radiopetro,1977,SistemPencernaanPadaNilem,fmipa.unlam.ac.id/bioscientiae/wp-content/uploads/2012/02/B-Vol.-8-No.-2-3.pdf, dikutitanggal 20 Mei 2013

Rohmah. 2010. Fisiologi Hewan. http//gomnyroses.blogspot.com/2010/06.html. diakses pada tanggal 21 Oktober 2010 pukul 10.00 WIB.

Satia, yogie. Pelita Octorina. Yulfiperius.Kebiasaaan makan ikan nila ( Oreochromis niloticus ) di Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur-Jawa Barat. UMS. Sukabumi

Susanto, 2006, PencernaanNilem, http://www.pustakasekolah.com/sistem-pencernaan-pada-ikan.html , dikutiptanggal 20 Mei 2013

Syamsuri, Istamar. 1995. Biologi 2A. Jakarta : Erlangga.

Taofiqurohman, Ankiq S, S.Si .Isni Nurruhwati, S. Pi., M. Si. Dr. Zahidah Hasan, Ir., M.S. 2007 .Studi Kebiasaan Makan Ikan ( Food Habit ) Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) diTarogong Kabupaten Garut. Unpad. Bandung.

Uyeno, T. & E. Fujii. - 1984 Cichlidae. In: H. Masuda; K. Amaoka; C. Araga; T. Uyeno; T. Yoshino (eds.). The Fishes of the Japanese Archipelago.Tokai.Univ. Press.190-191.

Villee, A. Claude; Warent F. Balker, Robert R Barres. 1984. Zoology Umum. Erlangga: Jakarta.

Yuwono dan Purnama. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV Sagang Sero: Jakarta.
Zaldi,2010,PencernaanIkan,http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/20/sistem-pencernaan-ikan/, diaksestanggal 20 Mei 2013

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Ikhtiologi "Morfologi Ikan"

Laporan Ikhtiologi " Identifikasi Ikan"